I.
PENDAHULUAN
Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan
yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan
teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya
belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan
dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada
setiap siswa . Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan
siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan
mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi
pengetahuan.
Menurut
Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang paling umum dan esensial
yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa memperoleh pengetahuan
diluar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran kemudian
dikembangkan dari gagasan yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah
intermediet dan berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah
satu model belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan
model siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.[1]
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa
pengertian model pembelajaran siklus belajar?
B. Apa
alasan menggunakan siklus belajar?
C. Bagaiamana
tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar?
D. Bagaimana
Tahap-tahap dalam model pembelajaran siklus belajar?
E. Apa
keunggulan dan kelemahan model pembelajaran siklus belajar?
F. Bagaiaman cara mengupayakan lingkungan belajar agar siklus
belajar berjalan optimal?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
model pembelajaran siklus belajar
Secara
kaffah model dimaknakan sebagai
suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal.
Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih konmprehensif
. sedangkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.[2]
Siklus
Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu
model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). LC
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.[3]
Pengembangan model ini pertama kali dilakukan oleh Science
Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Model ini
dilandasi oleh pandangan kontruktivisme dari Piaget yang berangapan bahwa dalam
belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam struktur
kognitif melalui interaksi dengan lingkungannya.[4]
B. Alasan Menggunakan
Siklus Belajar
Siklus belajar patut dikedepankan, karena sesuai
dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme.
Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang
meliputi : struktur, isi, dan fungsi.
Struktur intelektual adalah
organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk
memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon
masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan
intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi.
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada
proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk
memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu
berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur
mentalnya. Dalam proses ini
struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada
konsisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga
terjadi pengembangan struktur mental.
Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep
yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang
baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep.
Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah
dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari
respon yang diberikan dalam menghadapi masalah.
Karplus dan Their mengembangkan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pembelajar diberi
kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan,
mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan
informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda.Implementasi
teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan
konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi,
akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam
Siklus Belajar.[5]
C. Tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar
Lawson
mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif
yaitu para siswa menemukan pola empiris
dalam konteks khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan
istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain
(aplikasi konsep).
2. Empiris-induksi
yaitu para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi),
tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang
terjadinya suatu pola.
3. Hipotesis
deduktif
yaitu dimulai dengan
pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban
hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.[6]
Ketiga tipe model pembelajaran
siklus belajar ini menunjukan
suatu kontinum dari sains deskriptif hingga sains eksperimental. Dengan
sendirinya ketiga siklus belajar ini menghendaki perbedaan dalam inisiatif dan
kemampuan penalaran siswa.[7]
D. Tahap-tahap dalam model pembelajaran siklus
belajar
Siklus
belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis
yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:[8]
1) Eksplorasi
(exploration)
Pada
fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi materi
secara bebas. Siswa melakukan berbagai kegiatan ilmiah seperti mengamati,
membandingkan, mengelompokkan, menginterpretasikan dan yang lainnya, sehingga
menemukan konsep-konsep penting sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Ada
kalanya konsep yang ditemukan sudah sesuai dengan konsepsi awal mereka sehingga
langsung diasimilasikan ke dalam struktur kognitifnya tetapi ada juga konsep
yang tidak sesuai sehingga menimbulkan konflik kognitif. Melalui diskusi
dan bertanya pada teman maupun guru, siswa mengakomodasi konsep tersebut untuk
dapat diasimilasikan. Dengan cara demikian siswa mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya.
Pada
fase ini aktivitas kebanyakan dilakkan oleh siswa sedang guru hanya memberikan
orientasi tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan kegiatan siswa, memberikan motivasi, serta mengidentifikasi dan
membimbing siswa yang mengalami konflik kognitif.
Dengan mengajukan pertanyaan secara cakap,
dapat membantu siswa melihat hubungan antara ide-ide yang sedang mereka
pelajari dengan menghubungkan ide-ide tersebut lewat contoh dunia nyata.[9]
2) Pengenalan
konsep (concept introduction)
Pada
fase pengenalan kosnep peran guru lebih dominan. Dengan menggunakan metode yang
sesuai, guru membantu siswa mengidentifikasi konsep, prinsip, dan hukum-hukum
yang berhubungan dengan pengalaman pada fase eksplorasi.
Dalam
tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru mengumpulkan informasid ari
murid-murid yang berkaitan dengan pengalaman mereka dalam eksplorasi. Bagian
pelakaran ini merupakan waktu untuk menyusun pembendaharaan kata. Materi-materi
seperti buku, alat pandang dengar dan materi tertulis lainnya diperlukan untuk
penyusunan konsep.
3) Penerapan
konsep (concept application)
Fase
terakhir adalah penerapan konsep. Pada fase ini siswa diminta untuk menerapkan
konsep yang baru mereka pahami untuk memecahkan masalah-masalah dalam situasi
yang berbeda. Dalam hal ini guru bertugas untuk menyiapkan berbagai kegiatan atau
permasalahan yang relevan dengan konsep yang sedang dibahas.
Pada
fase ini, peserta didik diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui
kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih
lanjut. Penerapan konsep dapat meningkakan pemahaman konsep dan motivasi belajar,
karena peserta didik mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka
pelajari.[10]
Pada
proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga
siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri atas:
1) Pembangkitan
Minat
Tahap
pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini,
guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity)
siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang
berhubungan dengan topik bahasan).
Dengan
demikian, siswa akan memberikan respons / jawaban, kemudian jawaban siswa
tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada /
tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun
keterkaitan / perikatan anatara pengalaman keseharian siswa dengan topik
pembelajaran yang akan di bahas.
2) Eksplorasi
(exploration)
Eksplorasi
merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi di bentuk
kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok
kecil tanpa pembeljaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong
untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif
pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta
ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.
Pada
tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan
tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar,
masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
3) Penjelasan
Penjelasan
merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut
mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat / pemikiran
sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan sailng
mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru.
Dengan
adanya diskusi tersebut, guru memberi
definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai
penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
4) Elaborasi
Elaborasi
merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan
konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks
yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna. Karena
telah dapat menerapakan / mengaplikasikan konsep yang baru di pelajarinya dalam
situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka
motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa
tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5) Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat
mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa
dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari
jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh
sebelumya.
Hasil
evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses
penerapan metode siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan
dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui
evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam
proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan
tahapan dalam model pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan,
diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan
aktif untuk menggali, menganalisis,
mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari.[11]
E. keunggulan
dan kelemahan model pembelajaran siklus belajar
Keunggulan
model pembelajaran siklus belajar diantaranya:
1. meningkatkan
motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran.
2. membantu
mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
3. pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Adapun
kelemahan model pembelajaran siklus belajar:
1.
efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
2.
menuntut
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
3.
memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4.
memerlukan waktu
dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.[12]
F.
Cara mengupayakan
lingkungan belajar agar siklus belajar berjalan optimal
Agar
tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus
dirangkai dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif
misalnya akan lebih efektif bila dikuasai melalui kegiatan semacam
praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar siklus belajar
berlangsung konstruktivistik menurut Hadojo (2001) adalah :
1. Tersedianya
pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2. Tersedianya
berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3. Terjadinya
transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4. Tersedianya
media pembelajaran.
5. Kaitan
konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat
secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik
dan menyenangkan.[13]
IV.
KESIMPULAN
A. Pengertian model pembelajaran siklus belajar
Siklus
Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu
model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). LC
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
B. Alasan
Menggunakan Siklus Belajar
Siklus belajar patut dikedepankan, karena sesuai
dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme.
Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang
meliputi : struktur, isi, dan fungsi.
C. Tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar
Lawson mengemukakan tiga
tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif
2. Empiris-induksi
3. Hipotesis
deduktif
D. Tahap-tahap
dalam model pembelajaran siklus belajar
Pada
mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1. Eksplorasi
(exploration)
2. Pengenalan
konsep (concept introduction)
3. Penerapan konsep (concept application)
Kemudian berkembang menjadi lima tahap,
yaitu:
1. Pembangkitan
Minat
2. Eksplorasi
(exploration)
3. Penjelasan
4. Elaborasi
5. Evaluasi
E. Keunggulan
dan kelemahan model pembelajaran siklus belajar
Keunggulan
model pembelajaran siklus belajar diantaranya:
1. meningkatkan
motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran.
2. membantu
mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
3. pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Adapun
kelemahan model pembelajaran siklus belajar:
1. efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran.
2. menuntut
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran.
3. memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
F.
Cara mengupayakan lingkungan belajar agar
siklus belajar berjalan optimal
1. Tersedianya
pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2. Tersedianya
berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3. Terjadinya
transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4. Tersedianya
media pembelajaran.
5. Kaitan
konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat
secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik
dan menyenangkan.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang
kami buat, tentu saja tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan dari makalah
ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari kawan-kawan semua sangat
kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfat bagi kita.
[1] http://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-model-pembelajaran-learning.html diakses pada hari senin tgl 28 April 2014 pukul 14:00
[2]
Trianto, Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: KENCANA, 2009) , hal 21-22
[3] http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/ diakses pada hari selasa tgl 29 April 2014 pukul 14:45
[4] http://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-model-pembelajaran-learning.html diakses pada hari senin tgl 28 April 2014 pukul 14:00
[5]http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/ diakses pada hari selasa tgl 29 April 2014 pukul 14:45
[6]
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori
Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: Erlangga, 2011), hal 171
[7] http://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-model-pembelajaran-learning.html diakses pada hari senin tgl 28 April 2014 pukul 14:00
[8]
Made Wena, Strategi
pembelajarn Inovatif Kontemporer , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal 170
[9]
Paul Eggen dan Don Kauchak,
Strategi dan Model Pembalajaran, (Jakarta: Indeks, 2012), hal 103
[10] http://aritmaxx.wordpress.com/2010/04/12/disain-pembelajaran-dengan-pendekatan-siklus-belajar-learning-cycle/ di akses pada hari rabu tanggal 30 April 2014 pukul 14:00
[11]
Made Wena, Strategi
pembelajarn Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal
171-172
[12]
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/
diakses pada hari selasa tgl 29 April 2014
pukul 14:45
0 komentar:
Posting Komentar