Senin, 24 November 2014

PENERAPAN SUATU MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DI MI






I.          PENDAHULUAN
Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa . Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Menurut Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang paling umum dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa memperoleh pengetahuan diluar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah intermediet dan berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah satu model belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.[1]


II.          RUMUSAN MASALAH
A.  Apa pengertian model pembelajaran siklus belajar?
B.  Apa alasan menggunakan siklus belajar?
C.  Bagaiamana tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar?
D.  Bagaimana Tahap-tahap dalam model pembelajaran siklus belajar?
E.   Apa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran siklus belajar?
F.   Bagaiaman cara mengupayakan lingkungan belajar agar siklus belajar berjalan optimal?




III.          PEMBAHASAN
A.  Pengertian model pembelajaran siklus belajar
Secara kaffah  model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih konmprehensif . sedangkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[2]
Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.[3]
Pengembangan model ini pertama kali dilakukan oleh Science Curriculum Improvement Study (SCIS) pada tahun 1970-1974. Model ini dilandasi oleh pandangan kontruktivisme dari Piaget yang berangapan bahwa dalam belajar pengetahuan itu dibangun sendiri oleh anak dalam struktur kognitif   melalui interaksi dengan lingkungannya.[4]

B.  Alasan Menggunakan Siklus Belajar
Siklus  belajar patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi : struktur, isi, dan fungsi.
Struktur intelektual adalah  organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang  dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi.
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada konsisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental.
Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah.
Karplus dan Their mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pembelajar diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi  dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda.Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam Siklus Belajar.[5]

C.  Tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar
Lawson mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1.      Deskriptif yaitu  para siswa menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep).
2.      Empiris-induksi yaitu para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
3.      Hipotesis deduktif yaitu dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.[6]

Ketiga tipe model pembelajaran siklus belajar ini menunjukan suatu kontinum dari sains deskriptif hingga sains eksperimental. Dengan sendirinya ketiga siklus belajar ini menghendaki perbedaan dalam inisiatif dan kemampuan penalaran siswa.[7]

D.   Tahap-tahap dalam model pembelajaran siklus belajar
Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:[8]
1)   Eksplorasi (exploration)
Pada fase eksplorasi siswa diberi  kesempatan untuk mengeksplorasi materi secara bebas. Siswa melakukan berbagai kegiatan ilmiah seperti mengamati, membandingkan, mengelompokkan, menginterpretasikan dan yang lainnya, sehingga menemukan konsep-konsep penting sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Ada kalanya konsep yang ditemukan sudah sesuai dengan konsepsi awal mereka sehingga langsung diasimilasikan ke dalam struktur kognitifnya tetapi ada juga konsep yang tidak sesuai  sehingga menimbulkan konflik kognitif. Melalui diskusi dan bertanya pada teman maupun guru, siswa mengakomodasi konsep tersebut untuk dapat diasimilasikan. Dengan cara demikian siswa mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pada fase ini aktivitas kebanyakan dilakkan oleh siswa sedang guru hanya memberikan orientasi tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan kegiatan siswa, memberikan motivasi, serta mengidentifikasi dan membimbing siswa yang mengalami konflik kognitif.
 Dengan mengajukan pertanyaan secara cakap, dapat membantu siswa melihat hubungan antara ide-ide yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan ide-ide tersebut lewat contoh dunia nyata.[9]
2)   Pengenalan konsep (concept introduction)
Pada fase pengenalan kosnep peran guru lebih dominan. Dengan menggunakan metode yang sesuai, guru membantu siswa mengidentifikasi konsep, prinsip, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan pengalaman pada fase eksplorasi.
Dalam tahap ini guru berperan lebih tradisional. Guru mengumpulkan informasid ari murid-murid yang berkaitan dengan pengalaman mereka dalam eksplorasi. Bagian pelakaran ini merupakan waktu untuk menyusun pembendaharaan kata. Materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dan materi tertulis lainnya diperlukan untuk penyusunan konsep.
3)   Penerapan  konsep (concept application)
Fase terakhir adalah penerapan konsep. Pada fase ini siswa diminta untuk menerapkan konsep yang baru mereka pahami untuk memecahkan masalah-masalah dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini guru bertugas untuk menyiapkan berbagai kegiatan atau permasalahan yang relevan dengan konsep yang sedang dibahas.
Pada fase ini, peserta didik diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkakan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena peserta didik mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.[10]

Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri atas:
1)   Pembangkitan Minat
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan).
Dengan demikian, siswa akan memberikan respons / jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada / tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan / perikatan anatara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan di bahas.
2)   Eksplorasi (exploration)
Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi di bentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi  kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembeljaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.
Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.
3)   Penjelasan
Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat / pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan sailng mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru.
Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi  definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.


4)   Elaborasi
Elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna. Karena telah dapat menerapakan / mengaplikasikan konsep yang baru di pelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
5)   Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumya.
Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam model pembelajaran bersiklus seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif  untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari.[11]

E.   keunggulan dan kelemahan model pembelajaran siklus belajar
Keunggulan model pembelajaran siklus belajar diantaranya: 
1.      meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2.      membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
3.      pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kelemahan model pembelajaran siklus belajar:
1.        efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2.        menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3.        memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4.        memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.[12]

F.   Cara mengupayakan lingkungan belajar agar siklus belajar berjalan optimal
Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus dirangkai dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila dikuasai melalui kegiatan  semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar siklus belajar berlangsung konstruktivistik menurut Hadojo (2001) adalah :
1.      Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2.      Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3.      Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4.      Tersedianya media pembelajaran.
5.      Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.[13]



IV.          KESIMPULAN
A.     Pengertian model pembelajaran siklus belajar
Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
B.     Alasan Menggunakan Siklus Belajar
Siklus  belajar patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi : struktur, isi, dan fungsi.
C.     Tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar
Lawson mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1.      Deskriptif
2.      Empiris-induksi
3.      Hipotesis deduktif
D.    Tahap-tahap dalam model pembelajaran siklus belajar
Pada  mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1.      Eksplorasi (exploration)
2.      Pengenalan konsep (concept introduction)
3.      Penerapan  konsep (concept application)
Kemudian berkembang menjadi lima tahap, yaitu:
1.      Pembangkitan Minat
2.      Eksplorasi (exploration)
3.      Penjelasan
4.      Elaborasi
5.      Evaluasi
E.     Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran siklus belajar
Keunggulan model pembelajaran siklus belajar diantaranya: 
1.    meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2.    membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik
3.    pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kelemahan model pembelajaran siklus belajar:
1.    efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2.    menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3.    memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4.    memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
F.       Cara mengupayakan lingkungan belajar agar siklus belajar berjalan optimal
1.    Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2.    Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
3.    Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan.
4.    Tersedianya media pembelajaran.
5.    Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

V.          PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami buat, tentu saja tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan dari makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari kawan-kawan semua sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfat bagi kita.





 




[1] http://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-model-pembelajaran-learning.html diakses pada hari senin tgl 28 April 2014 pukul 14:00

[2] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,  (Jakarta: KENCANA, 2009) , hal 21-22

[4] http://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-model-pembelajaran-learning.html diakses pada hari senin tgl 28 April 2014 pukul 14:00


[6] Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: Erlangga, 2011), hal 171

[7] http://ihyayusriati.blogspot.com/2012/06/makalah-model-pembelajaran-learning.html diakses pada hari senin tgl 28 April 2014 pukul 14:00

[8] Made Wena, Strategi pembelajarn Inovatif Kontemporer , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal 170
[9] Paul Eggen dan Don Kauchak,  Strategi dan Model Pembalajaran,  (Jakarta: Indeks, 2012), hal 103
[11] Made Wena, Strategi pembelajarn Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal 171-172

0 komentar:

Posting Komentar